Rabu, 09 Desember 2009

ahh..

ahh,,,

lagi-lagi rasa itu mulai meracuni alam pikiranku. setelah disajikan sekelumit kebersamaan dengannya, aku mulai nagih. ingin dan ingin terus. apakah itu berarti aku mulai ketergantungan padanya. meski hanya berada di dekatnya, mendengarnya bercerita, rasaku nyaman, sangat nyaman padanya. dan kini, saat baru saja kutinggalkan momen itu barang beberapa hitungan hari , aku kangen.. kangen padanya, pada kebersamaan kita.

ahh..

aku kini lapar, tapi justru yang kubutuhkan adalah keberadaannya, meski yang kudapatkan hanya kabar lewat sebaris pesan. aku ingin tahu, apakah ia juga memikirkan aku, kala aku memikirkannya.

ahh..

dan kini yang kutahu, aku hanya butuh.. butuh merasa dibutuhkan olehnya.
karena itulah yang diinginkan semua orang pada orang yang diinginkannya.
aku butuh.. kamu butuh aku.

Kamis, 12 November 2009

untukmu

ragu.
akupun diminta untuk melupakanmu.
tetapi.
berkali sakit lagi
berkali itu pula hati terjerat kembali

belum waktunya mungkin
rasa ini belum mati.
meski kadang yang ada cuma hampa
meski yang lebih banyak kudapat hanya tanya

dan kau memang tak pernah menjawab
pertanyaan yang tak pernah kuajukan.

tapi harusnya kau tahu
lewat tatapanku, bahasa hatiku.
pada saat itu, yang kusangka drama untukku
tapi buatmu itu jalan Tuhan melalui aku
dan yang kutahu bukan aku tujuanmu

masih saja.
masih tetap seperti ini
yang katamu memilikinya adalah berharga
yang kataku inilah yang menjadikan manusia -manusia.
belum mati.

atau kau mau menjadikannya hidup?

rasaku untukmu.

Sabtu, 07 November 2009

sejarah

baru saja mengunjungi orang yang kamu sayang..
terlihat lebih cantik, seandainya kamu tahu.
sang sejarah, yang selalu kau puja itu.

kau pasti iri padaku, ya kan?
tapi aku tetap sayang padanya
seperti sayangmu padanya,
atau bahkan lebih.

Kamis, 05 November 2009

momogi

lagi, bertemu kawan yang tak butuh semangat, tapi cuma butuh pacar, katanya.

kontan saya tertawa. saya tanya.. memang kurang berapa lagi pacarnya? seolah-olah tahu kalau dia pasti punya pacar. apa, pacar? boro-boro.. gw gak pernah pacaran kali, begitu jawabnya. lucu ya, dalam waktu singkat bisa bertemu dengan orang2 yang ber'nasib' sama. high quality jomblo!

haha.... saat menyebut kata-kata itu, dy bilang.. mending kalo pake high qualitynya, gw...ga punya kualitas apa2 kali. ah bisanya merendah, atau memang benar? pikirku saat itu.

emang salah ya kalau bilang suka? pada satu waktu ia bertanya. gak..gak salah, cuma pasti ada resikonya..jawabku santai.

cewe itu malah bilang, harusnya kamu ga perlu bilang suka sama aku..
ia bingung, tidak mengerti mengapa wanita bisa begitu.
aku jelaskan saja, bisa jadi cewe itu memang tidak mengharapkan ia suka padanya.
bisa jadi ia lebih nyaman dengan hubungan pertemanan daripada pacaran seperti yang temanku inginkan.

aku malah bilang... menurutku itu salah satu bentuk penjagaan Allah buat kita.
so bijak, padahal yakin teman saya itu lebih kenyang melahap pengalaman hidup dibanding saya, heu.

sudahlah, tak perlu memastikan ia mengerti atau tidak.
tapi semoga nyantol lah di otak.

bersama momogi kala itu, yang galau karena cinta lokasi yang mengganggunya.
dan aku yang bingung bagaimana caranya membunuh waktu 1 jam sebelum harus pergi ke suatu tempat.
akhirnya dua mangkuk es buah terhidang, menemani saat mengobrol santai kami.

di bawah pohon dengan semilir angin..
di satu suasana yang begitu aku suka..

semoga galaumu sedikit mereda.

musim

empat musim
gugur, semi, dingin, panas.

tapi rasa ini telah melalui berpuluh kali siklusnya.
berganti rupa tiap waktunya
masih ada saja.

sepi
cuma detak yang menemani
pada akhir musim berganti
di malam terakhir

hingga laut membeku
rapuh permukaannya
izinkan aku berjalan di atasnya
karena tubuhku kini telah tipis
bagai sehelai kelopak bunga di musim semi

angin kering
menerbangkan debu.
bagai aku yang (mungkin) seperti itu bagimu..
hanya setitik debu.
yang baru kau pakai setelah tak kau dapati air

hmmmphh...
ini tentang musim..
yang terus berputar, seperti aku..
tapi tak lantas membuatku berubah.

selamanya..
musimku.

begini rasanya

beginikah rasanya..

lagi,
merasa disisihkan..
merasa ditinggalkan..
pada malam-malam penantian
tak satupun media mengantarkanku padanya.

tak juga lewat udara yang kuhirup
tak juga lewat angin yang berbisik..
padahal telah kutitipkan namanya..
untuk dibawa dan dibisikkan padanya
hey..aku ada disini, untukmu.